Berikut adalah beberapa kumpulan cerita pendek :
Semoga bermanfaat
ROBOHNYA SURAU KAMI
Di suatu tempat ada sebuah surau
tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan
keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini
masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini
disebut sebagai Garin.
Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah
orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu
dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia
dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok.
Kehidupan orang ini hanya mengasah pisau,
menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan
bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia
hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan
istrinya yang tidak pernah terpikirkan.
Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk
berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat
perbincangan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau yang kerap
disapa Kakek itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang
diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.
Ajo Sidi bercerita sebuah kisah tentang Haji
saleh. Haji saleh adalah orang yang rajin beribadah menyembah Tuhan. Ia begitu
yakin ia akan masuk ke surga. Namun Tuhan Maha Tau dan Maha Adil, Haji Saleh
yang begitu rajin beribadah di masukan ke dalamma neraka. Kesalahan terbesarnya
adalah ia terlalu mementingkan dirinya sendiri. Ia takut masuk neraka, karena
itu ia bersembahyang. Tapi ia melupakan kehidupan kaumnya, melupakan kehidupan
anak isterinya, sehingga mereka kocar-kacir selamanya. Ia terlalu egoistis.
Padahal di dunia ini kita berkaum, bersaudara semuanya, tapi ia tidak memperdulikan
itu sedikit pun. Crita ini yang membuat kakek tersindir dan merasa dirinya
murung.
Kakek memang tak pernah mengingat anak dan
istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak
ingin kaya atau membuat rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya
kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor
lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada
Tuhannya.
Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya
salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata
manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia
dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan
segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia
memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya
dengan pisau cukur.
Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di
sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu
orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang
pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.
TELPON ISENG
Teleponberdering di kantorpusat FBI.
"Halo?"
"Halo, apakah ini FBI?"
"Ya.Apa yang Anda inginkan?"
"Saya menelepon untuk melaporkan tetangga saya Adrian
Thibodeaux.Dia memiliki narkoba yang disembunyikan di dalam kayu bakarnya!"
"Terimakasih banyak untuk informasinya, Pak."
Hari berikutnya, para agen FBI turun di rumah Thibodeaux.Mereka mencari kayu bakar
di gudang.Menggunakan kapak, mereka membelah setiap potong kayu,
tetapi tidak menemukan narkoba.Mereka meminta maaf kepada Thibodeaux dan pergi.
Telepon berdering di rumah Thibodeaux.
"Hei, Adrian! Apakah FBI datang?"
"Yeah!"
"Apakah mereka memotong kayu bakar Anda?"
"Yap"
"Bagus, sekarang giliran Anda untuk menelepon,
saya perlu taman saya untuk dicangkuli."
gimana?
“Malim Deman”
Malim deman adalah putra raja dari
bandan muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya. Setelah besar,
malim deman bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan
untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya. Dengan
pengiring yang banyak, pergilah malim Deman ke rumah nenek kebayan. Dengan
bantuan nenek kebayan juga, ia berhasil mencuri baju layang putri bungsu,
sehingga puteri Bungsu tidak dapat kembali ke kayangan. Nenek kebayan lalu
mengawinkan mereka.
Maka berapa lama, mereka pun
kembali ke Bandar Muar. Jamuan makanan besar-besaran lalu di adakan. Malim
Deman juga ditabalkan menjadi raja. Tidak lama kemudian Malin Deman gering,
lalu mangkat. Sejak kematian ayahhanda, Malim Deman lali memerintah negeri.
Setiap hari ia asyik menyambung ayam saja. Dalam keadaan yang demikian, Puteri
Bungsu pun melahirkan seorang anak yang diberi nama Malim Dewana. Akhirnya
Malim Dewana besarlah, tetapi Malim Deman tetap tidak mau kembali ke istana
melihat puteranya. Putri Bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia
menemukan kembali baju layangnya. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan
anaknya Malim Dewana.
Sepeninggal Puteri Bungsu,
barulah Malim Deman menyesal. Tujuh hari tujuh malam ia tidak beradu,
tidak santap, leka dengan menangis saja. Akhirnya ia berazam pergi mendapatkan
istri dan anaknya kembali. Dengan susah payah, sampailah ia ke rumah nenek
kebayan dan bertanya dimana diperoleh burung borak yang dapat membawanya
kekayangan. Dengan bantuan nenek kebayan, tahulah ia bahwa Puteri Terus Mata
ada menyimpan burung borak. Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada
Malim Deman dengan syarat bahwa Malim Deman harus kawin dengan anaknya yaitu
Puteri Terus Mata. Malim Deman menyanggupi hal ini.
Sesampainya di kayangan didapatinya
Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Deman mengalahkan
Mambang Molek dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya.
Mambang Molek terbunuh. Sekali lagi Malim Deman sekeluarga pun turun kembali ke
dunia semula. Perkawinan dengan Puteri Terus Mata lalu diadakan.
Hatta Malim Deman pun menjadi
seorang raja yang sangat bijaksana lagi gagah berani. Dan baginda katiga laki
istri juga sangat sayang kepada Puteranya
“mau ngomongin apaan sih Ca?” tanya Lyta
“aku curiga kalau eva dan mina membunyikan sesuatu, aku tadi lihat mereka kirim-kiriman surat, kita cari suratnya yuk” ujar Eca
Dan kami pun mencari surat itu, dan berada di laci syukur teman semeja nya Mina.
Air mata Eca langsung membasahi pipi nya dan betapa sakit nya hati kami saat membaca surat itu, “ini lebih dari keterlaluan guys, aku Benci bangat mereka guys” ujar ku semakin emosi “kita tidak boleh membenci mereka, biar bagaimana pun juga mereka pernah jadi bagian dari kita, lebih baik kita berdoa buat mereka” kata Lyta. Lyta dia memang yang paling baik dan religius di antara kami.
“kamu mau tau apa salah kamu, salah kamu adalah karena kamu itu adalah seorang penghianat dan kamu tau kenapa aku juga membenci kedua sahabat mu itu, karena mereka selalu belain penghianat seperti kamu” jawab Eva dan pergi meninggalkan Eca yang hampir saja menangis mendengar jawaban Eva, Untung saja saat itu sekolah belum ramai jadi suasana tidak sampai runyam.
Dari 5 jadi 3
Cerita
ini berawal sejak aku duduk di bangku kelas XI, di kelas ini aku punya 4 orang
sahabat yaitu, Lyta, Ecca, Eva dan Mina. Awal nya kita adalah sahabat
kemana-mana selalu bareng, dihukum guru selalu kompak, mau ke kantin,
perpustakaan, bahkan ke toilet sekalipun selalu berlima, karena itu kita
disebut BLINK sama teman-teman yang lain, yah wajar sih kita gak kalah menarik
lah.
Awal
nya semua baik-baik saja, kompak dan saling mengisi, tapi semenjak eva memiliki
pacar semua berubah drastis.
Eva dan Mina diam-diam memiliki benci dan dendam kepada aku, Lyta dan Ecca, setiap hari nya kita terbagi menjadi 2 kelompok dan kani tak pernah tau apa yang menjadi penyebab semua ini.
Eva dan Mina diam-diam memiliki benci dan dendam kepada aku, Lyta dan Ecca, setiap hari nya kita terbagi menjadi 2 kelompok dan kani tak pernah tau apa yang menjadi penyebab semua ini.
Pagi
itu aku dan Lyta masuk kelas duluan, tidak lama kemudian Eva dan Mina menyusul
sambil tertawa dengan asik nya, tanpa sedikit pun menyapa aku dan Lyta,
“Ta, mereka kenapa ya kok tiba-tiba menjauh gitu dari kita?” tanya ku menghilangkan kesepian di antara kami berdua.
“entah, aku juga gak tau ran” jawab Rita
“Ta, mereka kenapa ya kok tiba-tiba menjauh gitu dari kita?” tanya ku menghilangkan kesepian di antara kami berdua.
“entah, aku juga gak tau ran” jawab Rita
5
menit kemudian Ecca datang dan menghampira kami sembari menyapa kami berempat
“pagi semua..!” sapa nya sambil duduk di sebelah kursi Eva karena memang Eva
adalah teman satu meja nya sedangkan Mina duduk di belakang Eca dan Eva.
Eva menatap Eca begitu sinis, dan segera pindah tempat duduk
“loh, kok pindah Va..?” tanya Eca
Tak sedikit pun Eva membalas teguran Eca
“Eva kenapa guys?”
“entah, dah biarin aja ntar juga baik sendiri dia nya” jawab ku.
Eva menatap Eca begitu sinis, dan segera pindah tempat duduk
“loh, kok pindah Va..?” tanya Eca
Tak sedikit pun Eva membalas teguran Eca
“Eva kenapa guys?”
“entah, dah biarin aja ntar juga baik sendiri dia nya” jawab ku.
Hari
demi hari kami lewati setiap hari nya, dan setiap hari Eva dan Minar semakin
menjauhi kami bahkan menjelek-jelekkan kami kepada teman-teman yang lain.
Gak sedikit kawan satu kelas ku mengangggap aku, Lyta dan Eca penghianat, padahal kami tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
Gak sedikit kawan satu kelas ku mengangggap aku, Lyta dan Eca penghianat, padahal kami tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
Hingga
suatu hari, guru biologi kami berhalangan masuk kelas dan kami diberi tugas.
Namun, Eva dan Mina malah asik kirim-kiriman surat entah apa yang mereka
bicarakan. Eca yang duduk di sebelah Eva merasa dikucilkan dan curiga akan
tingkah eva terhadapnya, dia mengambil selembaran kertas dan melemparnya ke
meja ku “ntar pulang sekolah kita belakangan yah, ada yang pengen aku omongin”
isi surat dari Eca.
“TEEEEEET” bel tanda pulang
sekolah pun berbunyi semua teman-teman bergeges pulang termasuk Eva dan Mina.“mau ngomongin apaan sih Ca?” tanya Lyta
“aku curiga kalau eva dan mina membunyikan sesuatu, aku tadi lihat mereka kirim-kiriman surat, kita cari suratnya yuk” ujar Eca
Dan kami pun mencari surat itu, dan berada di laci syukur teman semeja nya Mina.
Air mata Eca langsung membasahi pipi nya dan betapa sakit nya hati kami saat membaca surat itu, “ini lebih dari keterlaluan guys, aku Benci bangat mereka guys” ujar ku semakin emosi “kita tidak boleh membenci mereka, biar bagaimana pun juga mereka pernah jadi bagian dari kita, lebih baik kita berdoa buat mereka” kata Lyta. Lyta dia memang yang paling baik dan religius di antara kami.
Keesokan
harinya Eva dan Mina sedang asik nya ngobrol di kantin sekolah, Eca datang
menghampiri nya dengan wajah menahan tangis
“Aku salah apa sama kalian berdua, salah apa aku Va? apa segitu besarnya kesalahan aku ke kamu sampai kamu menjelek-jelekkan aku, Lyta dan Rany di depan temen-teman satu kelas, menjauhi kami, jawab Va jawab” tanya Eca menahan tangis nya.
“Aku salah apa sama kalian berdua, salah apa aku Va? apa segitu besarnya kesalahan aku ke kamu sampai kamu menjelek-jelekkan aku, Lyta dan Rany di depan temen-teman satu kelas, menjauhi kami, jawab Va jawab” tanya Eca menahan tangis nya.
“kamu mau tau apa salah kamu, salah kamu adalah karena kamu itu adalah seorang penghianat dan kamu tau kenapa aku juga membenci kedua sahabat mu itu, karena mereka selalu belain penghianat seperti kamu” jawab Eva dan pergi meninggalkan Eca yang hampir saja menangis mendengar jawaban Eva, Untung saja saat itu sekolah belum ramai jadi suasana tidak sampai runyam.
Tiga
hari setelah kejadian itu Eca masih kepikiran omongan Eva yang mengatakan dia penghianat
sedangkan dia tidak tau apa yang dia sudah perbuat sehingga membuat Eva
mengatakan dia seorang penghianat.
“kamu kenapa Ca?” tanya ku yang melihat Eca tampak sedih “sudah gak usah dipikirin kamu kayak gak tau saja Eva tuh gimana, dia itu egois dan ingin selalu benar” tambah Lyta
“aku cuman bingung guys, apa yang aku khianati dari Eva?”
Inda teman sekelas kami datang menghampiri kami dan bercerita apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Eva begitu membenci kami.
“ca, lyt, ran, sebenarnya kemarin Eva bilang kalau kamu mengambil pacarnya eva, sampai mereka sekarang putus dan mereka membenci kalian berdua itu karena kalian belain Eca” terang inda
“Astaga, aku benar-benar gak tau harus ngomong apa lagi, dan sekarang aku harus jelasin ini semua kepada Eva” kata eca sambil menangis
“sabar ya Ca”
“kamu kenapa Ca?” tanya ku yang melihat Eca tampak sedih “sudah gak usah dipikirin kamu kayak gak tau saja Eva tuh gimana, dia itu egois dan ingin selalu benar” tambah Lyta
“aku cuman bingung guys, apa yang aku khianati dari Eva?”
Inda teman sekelas kami datang menghampiri kami dan bercerita apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Eva begitu membenci kami.
“ca, lyt, ran, sebenarnya kemarin Eva bilang kalau kamu mengambil pacarnya eva, sampai mereka sekarang putus dan mereka membenci kalian berdua itu karena kalian belain Eca” terang inda
“Astaga, aku benar-benar gak tau harus ngomong apa lagi, dan sekarang aku harus jelasin ini semua kepada Eva” kata eca sambil menangis
“sabar ya Ca”
Setelah
pulang sekolah, Eca menemui Eva yang sedang membereskan barang-barang nya dan
ingin bergegas pulang “Va tunggu, aku pengen ngomong sama kamu” ujar Eca
“minggir kamu, aku buru-buru”
“aku tau apa kenapa kamu benci sama saya, aku cuman mau bilang, aku gak pernah merebut marsyah dari kamu”
“trus kenapa kamu asik smsan dengan nya”
“aku cuman smsan dengan nya sekali saja, itu pun dia menanyakan kamu, waktu itu handphone kamu tidak aktif, dia tau nomor HP aku karena kamu kan pernah make Hp aku buat minta jemput sama dia..”
“ah, aku gak peduli yah kamu mau ngomong apa, aku sama sekali gak percaya” itu lah jawaban Eva saat Eca mencoba menjelaskan yang sebenarnya.
“minggir kamu, aku buru-buru”
“aku tau apa kenapa kamu benci sama saya, aku cuman mau bilang, aku gak pernah merebut marsyah dari kamu”
“trus kenapa kamu asik smsan dengan nya”
“aku cuman smsan dengan nya sekali saja, itu pun dia menanyakan kamu, waktu itu handphone kamu tidak aktif, dia tau nomor HP aku karena kamu kan pernah make Hp aku buat minta jemput sama dia..”
“ah, aku gak peduli yah kamu mau ngomong apa, aku sama sekali gak percaya” itu lah jawaban Eva saat Eca mencoba menjelaskan yang sebenarnya.
Di
tengah perjalanan pulang teryata Eva memikirkan penjelasan Eca tadi, dan dia
mencoba mencari tau kebenarannya, dan dia juga curiga dengan sahabat
kepercayaannya itu Minar.
Setelah
beberapa hari kemudian, keadaan masih tetap sama seperti belakangan ini.
Aku, Eca dan Lyta, asik bercanda bareng tanpa memperdulikan keegoisan kedua sahabat kami, di belakang kami terlihat Eva sedang berbincang dengan Mina.
“Min, aku boleh pinjem hp kamu gak”
“oh.. boleh”
Saat itu lah dia tau kebenarannya kalau ternyata selama ini yang menusuk dia dari belakang adalah sahabat kepercayaannya sendiri, setelah dia membuka inbox nya Mina dan Mina hanya berusaha menutupi kesalahannya dan melontarkannya kepada Eca, karena dia pernah melihat Eca berkomunikasi dengan marsyah.
Namun, Eva orang yang egois dan gengsian biar pun dia sudah tau kebenarannya Dia tidak pernah mau meminta maaf, paling dia hanya menegur kami duluan, bahkan sekarang Dia malah jauh-jauhan sama Mina. Sedangkan aku, Eca dan Lyta tetap jadi sahabat sejati.
Aku, Eca dan Lyta, asik bercanda bareng tanpa memperdulikan keegoisan kedua sahabat kami, di belakang kami terlihat Eva sedang berbincang dengan Mina.
“Min, aku boleh pinjem hp kamu gak”
“oh.. boleh”
Saat itu lah dia tau kebenarannya kalau ternyata selama ini yang menusuk dia dari belakang adalah sahabat kepercayaannya sendiri, setelah dia membuka inbox nya Mina dan Mina hanya berusaha menutupi kesalahannya dan melontarkannya kepada Eca, karena dia pernah melihat Eca berkomunikasi dengan marsyah.
Namun, Eva orang yang egois dan gengsian biar pun dia sudah tau kebenarannya Dia tidak pernah mau meminta maaf, paling dia hanya menegur kami duluan, bahkan sekarang Dia malah jauh-jauhan sama Mina. Sedangkan aku, Eca dan Lyta tetap jadi sahabat sejati.
Bagi
saya pacar itu memang penting tapi sahabat adalah segala-galanya. Namun, kita
juga harus berhati-hati dalam memilih sahabat, jaga lah kepercayaan dari
sahabat kita karena itu lah kunci agar persahabatan kita tetap terjaga.
Apapun Asal Bukan
Katak
Sejak kelas 2 SD aku sudah menyatakan perang dengan
hewan amfibi yang satu ini. Kenapa? Karena menjijikan. Bukan cuma itu, katak
itu jorok! Nyebelin!!! Dan masih banyak keburukan dari hewan ini. Ditambah aku
punya pengalaman buruk dari hewan yang bisa hidup di air dan di darat ini.
Waktu aku kelas 2 Sekolah dasar, aku bangun pagi
kemudian mandi tak lupa juga gosok gigi. Terus pastinya aku membersihkan tempat
tidurku yang tanpa di tolong Ibu, aku bisa melakukannya sendiri, walaupun
hasilnya tambah berantakan dan ujung-ujungnya Ibu juga yang membersihkannya,
yang penting aku sudah mandiri. Eitz, sejak kelas 1 SD aku gak pernah ngompol
jadi gak ngasih PR Ibu untuk hal yang satu ini.
Selepas membersihkan tempat tidur, aku memutuskan
untuk sarapan. karena Ibu sedang baik hati, aku makan dengan ayam goreng
favoritku. Ayam Goreng BACEM!!! Enak!!! Dan pastinya mantap!!! Apalagi dengan
nasi putih yang mengepul-ngepul ditambah kecap dan bawang goreng. Ngiler ya???
Sama!!!
Sehabis piring itu bersih tak bersisa. Aku memutuskan
untuk berangkat sekolah. karena buku pelajaran dan peralatan sekolah sudah aku
siapkan dari semalam. Aku menggendong tas punggung yang sedikit berat itu.
“Dek, cepet dong!! Mau bareng gak?” teriakku pada adekku yang masih TK kecil.
Aku melangkah pasti menuju pintu depan rumah, selagi
masih menunggu adek yang sedang mencari-cari penggarisnya. Dan sebelum
melakukan ritual sehari-hari. Cium punggung tangan kanan Ibu dan Ayah. Aku
memutuskan untuk mengenakan sepatu terlebih dahulu.
Aku menggerutu kesal karena adekku lama. Sepatu kanan
sukses aku kenakan. Tapi, aku masih menggerutu kesal. “Dek, cepetan!! Ntar
telat lagi lho!!!” triakku lagi bersamaan dengan mengenakan kaos kaki kiriku.
Tania senyum-senyum di depan pintu, di sampingku. Aku
yang masih jongkok mengambil sepatu kiri yang terletak di ujung tembok sambil mengerucutkan
ujung bibirku. “Dasar lelet.” Umpatku dalam hati.
“Maaf mbak, barusan aja ketemu penggarisnya. Nich!” Tania menunjukan penggaris yang telah sukses ia temukan di kolong meja bekas semalam kami peruntukkan untuk belajar bersama.
“Maaf mbak, barusan aja ketemu penggarisnya. Nich!” Tania menunjukan penggaris yang telah sukses ia temukan di kolong meja bekas semalam kami peruntukkan untuk belajar bersama.
Aku mulai membenamkan kaki kiri ku ke dalam sepatu.
Tiba-tiba terasa kenyal di dalam sepatu yang baru saja ku jejali kaki kiriku
itu. Apa ini?, pikirku.
Ku lirik sebelah kiri ku, Tania sedang asik merekatkan sepatunya, agar tidak lepas jika ia berjalan. Aku sedikit su’udzon sama adekku ini. Apa dia usil ya mau ngerjain aku?
Aku memutuskan untuk menarik lagi kaki kiriku, aku longokkan kepalaku ke dalam lubang sepatu. Tiba-tiba sesuatu melompat dari lubang sepatuku itu. Ya, benar. Itu Katak!!!
“AAAAAAAA, KAAAATAAAAK!!!” teriakku, spontan Ibu dan Ayah yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Ibu yang sedang menyapu, dan Ayah yang sedang mengenakan sabuk di pinggangnya. Mendekat ke arah depan tempat aku dan Tania sedang mengenakan sepatu
“Ada apa Al, kok teriak-teriak?” Tanya Ibu ku yang terlihat cemas dengan teriakanku. Ayah tertawa melihat ekspresi kesalku. Tania bahkan tak bisa menyembunyikan tawanya. Ia terlihat lepas tertawa melihatku bermuka masam.
“Iiiikhhh… itu bu, di sepatu Alya ada katak. Hiiiihh!!!” ucapku seakan masih merasakan kenyalnya katak yang tenang bersarang di sepatuku.
“Halah Cuma katak tha? Ayah kira apa? Hahahaha..” ucap ayah semakin keras tawanya. Tania bahkan sampai memegang perutnya karena terlalu keras tertawa. Hidungnya yang pesek jadi semakin tenggelam di buatnya.
Aku bersungut-sungut sebal.
“Sudah-sudah, Alya, Tania, cepat berangkat sekolah sudah terlambat kan?” kata Ibu berusaha menghentikan tawa Ayah dan Tania. tapi, tetap, guratan senyum terlihat di wajah Ibu. Tapi berusaha Ia tutupi agar aku mau untuk berangkat sekolah.
Ku lirik sebelah kiri ku, Tania sedang asik merekatkan sepatunya, agar tidak lepas jika ia berjalan. Aku sedikit su’udzon sama adekku ini. Apa dia usil ya mau ngerjain aku?
Aku memutuskan untuk menarik lagi kaki kiriku, aku longokkan kepalaku ke dalam lubang sepatu. Tiba-tiba sesuatu melompat dari lubang sepatuku itu. Ya, benar. Itu Katak!!!
“AAAAAAAA, KAAAATAAAAK!!!” teriakku, spontan Ibu dan Ayah yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Ibu yang sedang menyapu, dan Ayah yang sedang mengenakan sabuk di pinggangnya. Mendekat ke arah depan tempat aku dan Tania sedang mengenakan sepatu
“Ada apa Al, kok teriak-teriak?” Tanya Ibu ku yang terlihat cemas dengan teriakanku. Ayah tertawa melihat ekspresi kesalku. Tania bahkan tak bisa menyembunyikan tawanya. Ia terlihat lepas tertawa melihatku bermuka masam.
“Iiiikhhh… itu bu, di sepatu Alya ada katak. Hiiiihh!!!” ucapku seakan masih merasakan kenyalnya katak yang tenang bersarang di sepatuku.
“Halah Cuma katak tha? Ayah kira apa? Hahahaha..” ucap ayah semakin keras tawanya. Tania bahkan sampai memegang perutnya karena terlalu keras tertawa. Hidungnya yang pesek jadi semakin tenggelam di buatnya.
Aku bersungut-sungut sebal.
“Sudah-sudah, Alya, Tania, cepat berangkat sekolah sudah terlambat kan?” kata Ibu berusaha menghentikan tawa Ayah dan Tania. tapi, tetap, guratan senyum terlihat di wajah Ibu. Tapi berusaha Ia tutupi agar aku mau untuk berangkat sekolah.
Sepanjang perjalanan ke sekolah. Tania masih terus
menggodaku. Dan aku terus-terusan berdecak kesal, membuat adekku meneteskan air
mata karena tertawa.
Itulah awal perang ku dengan katak. Bahkan gak Cuma
itu, katak sudah keterlaluan menggodaku. Di kamar mandi, ia tiba-tiba melompat
girang menyambutku yang sedang ingin mandi. Bahkan saat aku ingin buang hajat,
ia sudah nangkring di ujung bak. Membuatku mengurungkan niat untuk buang hajat
dan memilih untuk mengantongi batu krikil untuk menahan gejolak ingin puup.
Walaupun mitos, tapi cukup ampuh untuk mensugesti perut untuk tidak ingin hal
itu sampai katak itu pergi dengan sendirinya.
Dan begitulah pengalamanku dengan hewan berkulit
hijau. Sampai sekarang aku masih menyatakan perang dengan hewan itu. Bukan
karena aku takut. Tapi aku merasa jijik dekat dengan hewan yang jago melompat
dan badannya kenyal. Hiiih!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar